(20/03/2024) MPA. MAPALUS menerjunkan 2 orang dalam misi kemanusiaan berikut perlengkapan perahu karetnya. Banjir Demak-Kudus yang meluas dan tak kunjung surut menjadi perhatian MPA.MAPALUS sebagai bentuk peduli terhadap sesama.
Tercatat terdapat 90 desa di 11 kecamatan terkena banjir. Hingga jumlah warga yang terdampak diperkirakan lebih dari 97.000 orang dan sekitar 25.000 orang mengungsi. Dimulai dengan rapat koordinasi bersama SAR OPA Jember pada tanggal 19 Maret 2024 bertempat di sekretariat MAPALA UMJ, akhirnya terpilih delegasi yang dinilai mampu dan berkompeten di bidang penyelamatan air.
Terpilihlah personel dari MPA. MAPALUS yakni Agum Wangsa Gumintang (NIA. MPL. 2022.XXXVI-462SP) dan Wahyu Andriatmojo (NIA. MPL. 2022.XXXVII-484SP). Keduanya merupakan mahasiwa FISIP Universitas Jember jurusan Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2021.
“MPA. MAPALUS sendiri tidak asal mendelegasikan anggota untuk menjadi relawan. Kita berangkatkan 2 anggota itu karena kapasitas yang mereka miliki di bidang rescue, terutama di air. Peralatan yang dibawa yaitu perahu, pelampung, dan dayung.” Ujar Erwin (Datuk) alumni MPA. MAPALUS yang juga menjadi koordinator relawan banjir Demak-Kudus.
Tim diberangkatkan bersama 9 orang relawan lainnya yang berasal dari MAPALA se-Jember pada 20 Maret 2024 menggunakan mobil. Sebelumnya tim sudah mengantongi data titik-titik target evakuasi untuk memudahkan proses pergerakan. Para relawan bertugas selama 7 hari terhitung sejak tanggal diberangkatkan.
“Untuk keberadaan posko itu dibagi 2, sektor barat ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Demak, dan sektor timur berada di Tanggulangin perbatasan Demak-Kudus. Lokasi posko warga sendiri berasal di fasilitas umum, seperti pasar dan kantor kelurahan.” Ujar Agum salah satu relawan.
Gambar 1.2 Proses evakuasi warga menggunakan perahu karet
Selain melakukan evakuasi, tim relawan juga turut serta membantu membersihkan rumah warga yang terdampak, membantu dapur umum, melakukan assesment atau pengumpulan data untuk penentu pergerakan selanjutnya bersama relawan di sana, dan mengadakan kegiatan psikososial untuk membantu menstabilkan emosi para korban terutama anak-anak.
Kendala yang dialami personel saat di lapangan adalah minimnya akomodasi. Dikarenakan hanya terdapat mobil pengantar yang kemudian langsung bertolak ke Jember. Sehingga personel harus berjalan kaki ketika akan berpindah lokasi.
Menurut pemaparan Wahyu relawan yang berangkat, kegiatan seperti ini memiliki banyak manfaat. Selain bisa menolong sesama dia mengaku mendapatkan banyak relasi baru. Bisa bertukar ilmu dan berkumpul bersama orang-orang dengan minat yang sama yakni di bidang pecinta alam.
Harapan kedepannya MPA. MAPALUS dengan ilmu dan kemampuan yang dikambangkan bisa terus konsisten menyebar kebermanfaatan. Juga bisa memotivasi anak muda untuk peduli dan sadar akan pentingnya menjaga alam supaya bancana-bencana serupa tidak akan terulang.